Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik SN2
Pada blog kali ini saya
akan membahas materi tentang substitusi nukleofilik(SN2), selanjutnya saya akan
membahas mekanisme reaksi SN2 ini. Pertama saya akan menjelaskan pengertian reaksi
substitusi dan pengertian nukleofilik (NU).
Reaksi substitusi ialah
suatu reaksi dimana suatu atom digantikan dengan atom yang lainnya, sedangkan nukleofilik
ialah suatu spesi (ion atau molekul) yang menyerang suatu alkil halida dalam
reaksi substitusi
Nukleofil adalah spesies dalam bentuk ion atau
molekul yang sangat melekat pada daerah muatan positif. Ini dikatakan terisi
penuh atau memiliki ion negatif pada molekul.Contoh umum nukleofil adalah ion
sianida, air, ion hidroksida, dan amonia. Nukleofil yang menyerang adalah
jenis nukleofil kuat seperti OH, CN, CH3O. Reaksi substitusi nukleofilik
dalam kimia organik adalah jenis reaksi di mana nukleofil terikat pada atom
atau molekul bermuatan positif dari zat lain. Salah satu contoh dari reaksi
substitusi nukleofilik adalah hidrolisis alkil bromida (R-Br), di bawah kondisi
dasar, di mana nukleofil tidak lain adalah basa OH−, sedangkan kelompok yang
meninggalkan adalah Br-. Reaksi untuk yang berikut adalah seperti yang diberikan
di bawah ini:
Reaksi nukleofilik sama pentingnya dalam bidang kimia organik, dan reaksi ini
secara luas diklasifikasikan terjadi di tempat atom karbon dari senyawa karbon
alifatik jenuh.
Berikutnya saya akan menjelaskan apa itu mekanisme reaksi SN2 sebelum itu saya ingin memberi tahu bahwa mekanisme SN2 tidak sama dengan SN1 ,selanjutnya yaitu apa yang dimaksud dengan mekanisme reaksi SN2 ,mekanisme reaksi SN2 adalah proses satu langkah ( serempak) yang dinyatakan sebagai berikut:
https://youtu.be/s6tB5xvbzIs
Keadaan transisi adalah keadaan yang mana energi potensialnya tinggi. Dimana dalam keadaan transisi itulah yang menentukan apakah akan menghasilkan suatu produk sehingga akan kembali menjadi suatu substrat dan nukleofiliknya, maka keadaan transisi itu sangat penting, karena mekanisme SN2 itu adalah serempak, berarti nukleofilik dam substratnya, nukleofilik akan menyerang suatu karbon dan gugus pergi akan segera meninggalkan karbonnya, sehingga keadaan transisinya seperti ini,diperlihatkan bahwa nukleofilik akan membuat suatu ikatan yang baru dengan karbon sedangkan antara karbon dengan gugus pergi, memutuskan ikatannya.contohnya: bromo etana dan ion hidroksida,dimana nukleofilik ion hidroksida itu bereaksi dengan bromo etana, jadi ion hidroksida disini berfungsi sebagai nukleofilik dan menyerang suatu bromo etana dari belakang karbon dan menggantikan suatu gugus pergi ion bromida.
Permasalahan :
1. Dari penjelasan diatas menurut anda, kenapa nukleofilik yang menyerang substrat ialah jenis nukleofilik yang kuat seperti CN,CH3O,OH? Kenapa tidak jenis nukleofilik yang lemah?
2.Berapa banyak partikel yang terlibat pada saat keadaan transisi? Dan apa saja partikel yang terlibat?
3.Dalam keadaan transisi,berapa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?dan apa saja kemungkinan tersebut?
Baiklah saya sayida harahap Nim A1C119088, izin untuk menjawab permasalahan arsita yaitu pada permasalahan nomor 1, menurut saya nukleofilik yang menyerang itu harus yang nukleofilik kuat karena pada reaksi SN2 ini terjadi penyerangan 1 tahap sehingga ketika nukleofilik mwnyerang maka saat bersamaan pula gugus pergi akan melepas daei subtrat, hal itu diakibatkan energi/gaya dorong yang diakibatkan oleh nukleofilik. Nah apabila nukleofilik yang digunakan itu lemah maka energinya tidaka akan cukup untuk mendorong gugus pergi agar kwluar dari substrat. Sekian terimakasih
BalasHapusBaiklah saya Dwi Aprilia Aji, NIM A1C119067 akan mencoba menjawab permasalahan no.3
BalasHapussebelum menghasilkan prodak dimana ada suatu keadaan yang harus di lalui dengan cukup energi ini di sebut juga dengan keadaan transisi dimana pada tahapan inilah sebagai penentu apakah akan menghasilkan suatu prodak atau malah kembali membentuk
keadaan substrat dan nukleofilik jadi keadaan transisi ini sangatlah penting.Keadaan transisi merupakan keadaan yang mana ikatan baru sudah terbentuk namun ikatan lama belum terputus dan keadaan ini hanya berlangsung sesaat dan tidak stabil.Keadaan transisi memiliki energi potensial tinggi dibandingkan dengan energi pereaksi atau produk, hal ini dipengaruhi oleh sistem yang tidak stabil. Sistem yang tidak stabil dikarenakan pada keadaan transisi produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali. Jadi, semakin tidak stabil sistem, maka energi potensial pada keadaan transisi akan semakin besar dan jika sistem stabil maka energi potensial pada keadaan transisi akan semakin kecil.
Terimakasih semoga membantu
Baiklah, saya Putri Adri Tiarasalfi NIM A1C119070, akan mencoba menjawab permasalahan no 2
BalasHapusTerdapat 2 partikel, yaitu partikel nukleofilik dan partikel gugus pergi, maka reaksi ini disebut dengan reaksi SN2, karena ada 2 partikel yang terlihat pada keadaan transisi maka disebut dengan reaksi bimolekuler.